01 PENGERTIAN TES, PENGUKURAN,
DAN EVALUASI
Istilah tes,
pengukuran, dan evaluasi kadang-kadang digunakan secara bergantian dengan makna
yang sama. Hal ini tentu saja bisa
membingungkan saat istilah tersebut berusaha dimaknai melalui upaya
pendefinisian. Oleh karena itu perlu
adanya honorific definition mengenai
ketiga istilah tersebut. Uraian mengenai pengertian dari ketiga istilah
tersebut berikut ini akan banyak merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh
Rusli (1988), maupun pendapat dari Arikunto (1986).
Rusli mengemukakan bahwa hampir semua orang sudah pernah
mengerjakan tes. Memindahkan siswa dari
satu kelas ke kelas lain, dari tingkat lebih rendah ke tingkat lebih tinggi,
untuk kebutuhan seleksi, untuk pengiriman ke luar negeri, memberi
pekerjaan, kedudukan, dan sebagainya membutuhkan alat tes. Jadi dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang
sadar atau tidak sadar bersentuhan dengan kegiatan apakah itu dikatakan
tes, pengukuran, maupun evaluasi.
Untuk bisa
membedakan istilah tes, pengukuran dan evaluasi ini, dapat dikemukakan di sini tentang uraian yang dikemukakan oleh
Rusli (1988). Dikemukakannya bahwa dalam dunia pendidikan, evaluasi
merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Istilah tersebut sangat
berhubungan dengan pengukuran dan tes walaupun ketiga istilah tersebut tidak harus mempunyai istilah yang sama. Arti istilah pengukuran dan tes dapat
berbeda-beda, terutama bila istilah tersebut dipakai secara umum di luar dunia
pendidikan. Menurut Rusli (1988) tes mempunyai arti yang
lebih sempit dari pada pengukuran atau evaluasi. Biasanya secara umum yang dimaksud dengan tes
adalah seperangkat butir atau pertanyaan yang dibuat untuk diberikan kepada
siswa dengan syarat-syarat tertentu atau tes adalah prosedur yang sistematik
untuk mengobservasi tingkah laku. Suatu
tes dalam pendidikan atau psikologi dapat dikatakan sebagai suatu prosedur yang
sistematis guna mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau lebih dari
sejumlah ciri seseorang dengan bantuan suatu skala numerik atau suatu sistem
kategori (Cronbach, sebagaimana dikutip
Rusli).
Bila
diselenggarakan suatu tes maka pada saat itu juga berlangsunglah pengukuran,
akan tetapi belum tentu semua pengukuran itu adalah tes. Umpamanya, seorang guru mencatat informasi
corak belajar seorang siswa: Hal
tersebut disebut pengukuran, akan tetapi bukan tes. Pengukuran, masih enurut
Rusli, dapat diartikan secara sederhana sebagai pengukuran dimensi (panjang
/lebar). Menggunakan penggaris atau
meteran maka dengan mudah kita dapat mengukur sesutu. Beda misalnya mewujudkan pengukuran
kepribadian seseorang. Pengukuran dalam
arti yang luas adalah pemberian angka pada suatu benda atau kejadian menurut
aturan tertentu. Sebenarnya angka
tersebut melambangkan ciri-ciri tertentu tentang benda atau kejadian tersebut.
Angka itu sendiri tidak mempunyai hubungan dengan pengukuran sebelum ia diberi
arti kuantitatif. Kadang-kadang angka
itu ditempelkan pada benda hanya untuk memudahkan saja, umpamanya pemberian
nomor pada pemain sepak bola. Ukuran yang menyangkut panjang, lebar,
dan tinggi dipahami oleh semua orang karena kuantifikasi pada
pengukuran semacam itu dapat dengan nyata terlihat. Bahwa dalam mengukur aspek pendidikan seperti
aspek kognitif, kemampuan intelektual, dan sikap, berlaku konsep umum yang sama
tidaklah mudah dipahami semua orang.
Dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah prosedur pemberian angka atau
nilai pada diiri orang-orang sedemikian rupa sehingga hubungan antara
orang-orang itu dalam keadaan sebenarnya sehubungan dengan ciri tersebut tetap
ada atau dapat juga dikatakan bahwa pengukuran adalah proses yang membedakan 2
atau lebih dari 2 benda/kejadiaan yang sejenis.
Berkaitan dengan istilah pengukuran, Arikunto
(1986:) mengemukakan bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif.
Selanjutnya mengenai istilah evaluasi. Menurut
Rusli (1988), evaluasi, dari sudut pandang
pendidikan, adalah suatu proses sistematik untuk menentukan seberapa jauh
tujuan instruksional dicapai oleh siswa.
Selanjutnya Rusli mengemukakan
bahwa,
evaluasi pengertiannya lebih luas daripada pengukuran. Evaluasi mencakup
deskripsi kelakuan (behavior) siswa secara kualitatif
maupun kuantitatif
ditambah
dengan
penilaian
terhadap kelakuan tersebut tadi.
Sementara pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif dari
kelakuan siswa, tanpa penilaian terhadap kelakuan tersebut.
Sementara, Arikunto (1986) mengemukakan bahwa evaluasi meliputi kegiatan mengukur dan sekaligus menilai
(mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk). Tampak bahwa
Arikunto membedakan antara istilah evaluasi dan penilaian, sementara Rusli
menganggap dua istilah tersebut sama saja. Hubungan antara tes, pengukuran, dan
evaluasi sebagaimana yang dikemukakan Rusli, tampak
pada gambar berikut
Menurut Suryanto, dkk.(2009), penggunaan istilah tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi sering
rancu. Empat istilah tersebut dapat
muncul dalam satu kegiatan saja.
Suryanto, dkk. memberikan contoh bahwa pada ulangan harian seorang siswa
telah dapat menjawab 3 dari lima pertanyaan tes bentuk uraian, meskipun pada ulangan harian sebelumnya, ia
hanya dapat mengerjakan 2 dari lima butir soal yang disediakan. Dari data hasil tersebut mungkin guru dapat
menyimpulkan bahwa siswa tersebut telah mengalami kemajuan dan berarti
pembelajaran yang dilakukan guru cukup berhasil. Melalui contoh tersebut, sebenarnya dalam
peristiwa tersebut, guru dapat dikatakan telah melakukan 4 aktivitas, yaitu
tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
Ketika guru mengajukan pertanyaan yang kepada murid untuk dijawab, maka
itu adalah contoh alat ukur. Alat ukur tersebut mengacu pada pengertian
tes. Selanjutnya, ketika murid dapat
menjawab benar 3 dari 5 pertanyaan yang diajukan, maka itu merupakan hasil
pengukuran. Kemudian, tindakan
membandingkan hasil capaian terakhir murid dalam ulangan harian terakhir (mampu
menjawab 3 dari 5 pertanyaan) dengan hasil ulangan harian sebelumnya (hanya
mampu menjawab 2 dari 5 pertanyaan), itu disebut asesmen, sedangkan pernyataan
tentang keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, maka itu bisa disebut
sebagai evaluasi.
(Ruddy Pakasi, 2014)
(Ruddy Pakasi, 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar