Sabtu, 03 Mei 2014

01 PENGERTIAN TES, PENGUKURAN,
DAN EVALUASI

            Istilah tes, pengukuran, dan evaluasi kadang-kadang digunakan secara bergantian dengan makna yang sama.  Hal ini tentu saja bisa membingungkan saat istilah tersebut berusaha dimaknai melalui upaya pendefinisian.   Oleh karena itu perlu adanya honorific definition mengenai ketiga istilah tersebut. Uraian mengenai pengertian dari ketiga istilah tersebut berikut ini akan banyak merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Rusli (1988), maupun pendapat dari Arikunto (1986). 
Rusli mengemukakan bahwa hampir semua orang sudah pernah mengerjakan tes.  Memindahkan siswa dari satu kelas ke kelas lain, dari tingkat lebih rendah ke tingkat lebih tinggi, untuk kebutuhan seleksi,  untuk pengiriman ke luar negeri, memberi pekerjaan, kedudukan, dan sebagainya membutuhkan alat tes.  Jadi dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang sadar atau tidak sadar bersentuhan dengan kegiatan apakah itu dikatakan tes,  pengukuran, maupun evaluasi.
 Untuk bisa membedakan istilah tes, pengukuran dan evaluasi ini, dapat dikemukakan di sini tentang uraian yang dikemukakan oleh Rusli (1988). Dikemukakannya bahwa dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Istilah tersebut sangat berhubungan dengan pengukuran dan tes walaupun ketiga istilah tersebut  tidak harus mempunyai istilah yang sama.  Arti istilah pengukuran dan tes dapat berbeda-beda, terutama bila istilah tersebut dipakai secara umum di luar dunia pendidikan.   Menurut Rusli (1988) tes mempunyai arti yang lebih sempit dari pada pengukuran atau evaluasi.  Biasanya secara umum yang dimaksud dengan tes adalah seperangkat butir atau pertanyaan yang dibuat untuk diberikan kepada siswa dengan syarat-syarat tertentu atau tes adalah prosedur yang sistematik untuk mengobservasi tingkah laku.  Suatu tes dalam pendidikan atau psikologi dapat dikatakan sebagai suatu prosedur yang sistematis guna mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau lebih dari sejumlah ciri seseorang dengan bantuan suatu skala numerik atau suatu sistem kategori (Cronbach, sebagaimana dikutip Rusli). 
Bila diselenggarakan suatu tes maka pada saat itu juga berlangsunglah pengukuran, akan tetapi belum tentu semua pengukuran itu adalah tes.  Umpamanya, seorang guru mencatat informasi corak belajar seorang siswa:  Hal tersebut disebut pengukuran, akan tetapi bukan tes.  Pengukuran, masih enurut Rusli, dapat diartikan secara sederhana sebagai pengukuran dimensi (panjang /lebar).  Menggunakan penggaris atau meteran maka dengan mudah kita dapat mengukur sesutu.  Beda misalnya mewujudkan pengukuran kepribadian seseorang.  Pengukuran dalam arti yang luas adalah pemberian angka pada suatu benda atau kejadian menurut aturan tertentu.  Sebenarnya angka tersebut melambangkan ciri-ciri tertentu tentang benda atau kejadian tersebut. Angka itu sendiri tidak mempunyai hubungan dengan pengukuran sebelum ia diberi arti kuantitatif.  Kadang-kadang angka itu ditempelkan pada benda hanya untuk memudahkan saja, umpamanya pemberian nomor pada pemain sepak bola.  Ukuran yang menyangkut panjang, lebar, dan tinggi dipahami oleh semua orang karena kuantifikasi pada pengukuran semacam itu dapat dengan nyata terlihat.  Bahwa dalam mengukur aspek pendidikan seperti aspek kognitif, kemampuan intelektual, dan sikap, berlaku konsep umum yang sama tidaklah mudah dipahami semua orang.  Dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah prosedur pemberian angka atau nilai pada diiri orang-orang sedemikian rupa sehingga hubungan antara orang-orang itu dalam keadaan sebenarnya sehubungan dengan ciri tersebut tetap ada atau dapat juga dikatakan bahwa pengukuran adalah proses yang membedakan 2 atau lebih dari 2 benda/kejadiaan yang sejenis. 
Berkaitan dengan istilah pengukuran, Arikunto (1986:) mengemukakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.  Pengukuran bersifat kuantitatif.
Selanjutnya mengenai istilah evaluasi. Menurut Rusli (1988), evaluasi, dari sudut pandang pendidikan, adalah suatu proses sistematik untuk menentukan seberapa jauh tujuan instruksional dicapai oleh siswa. 
Selanjutnya Rusli mengemukakan bahwa, evaluasi pengertiannya lebih luas daripada pengukuran. Evaluasi mencakup deskripsi kelakuan (behavior) siswa  secara  kualitatif  maupun  kuantitatif  ditambah dengan
penilaian terhadap kelakuan tersebut tadi.  Sementara pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif dari kelakuan siswa, tanpa penilaian terhadap kelakuan tersebut. 
Sementara, Arikunto (1986) mengemukakan bahwa evaluasi meliputi kegiatan mengukur dan sekaligus menilai (mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk).  Tampak bahwa Arikunto membedakan antara istilah evaluasi dan penilaian, sementara Rusli menganggap dua istilah tersebut sama saja.  Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi sebagaimana yang dikemukakan Rusli, tampak pada gambar berikut





Menurut Suryanto, dkk.(2009), penggunaan istilah  tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi sering rancu.  Empat istilah tersebut dapat muncul dalam satu kegiatan saja.   Suryanto, dkk. memberikan contoh bahwa pada ulangan harian seorang siswa telah dapat menjawab 3 dari lima pertanyaan tes bentuk uraian,  meskipun pada ulangan harian sebelumnya, ia hanya dapat mengerjakan 2 dari lima butir soal yang disediakan.  Dari data hasil tersebut mungkin guru dapat menyimpulkan bahwa siswa tersebut telah mengalami kemajuan dan berarti pembelajaran yang dilakukan guru cukup berhasil.  Melalui contoh tersebut, sebenarnya dalam peristiwa tersebut, guru dapat dikatakan telah melakukan 4 aktivitas, yaitu tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi.  Ketika guru mengajukan pertanyaan yang kepada murid untuk dijawab, maka itu  adalah contoh alat ukur.  Alat ukur tersebut mengacu pada pengertian tes.  Selanjutnya, ketika murid dapat menjawab benar 3 dari 5 pertanyaan yang diajukan, maka itu merupakan hasil pengukuran.  Kemudian, tindakan membandingkan hasil capaian terakhir murid dalam ulangan harian terakhir (mampu menjawab 3 dari 5 pertanyaan) dengan hasil ulangan harian sebelumnya (hanya mampu menjawab 2 dari 5 pertanyaan), itu disebut asesmen, sedangkan pernyataan tentang keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, maka itu bisa disebut sebagai evaluasi. 
(Ruddy Pakasi, 2014)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar